latest articles

Senin, 29 Oktober 2012

SEJARAH JATHILAN/KUDA LUMPING

Jathilan/Kuda Lumping adalah sebuah kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis. Jenis kesenian ini dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Kesenian yang juga sering disebut dengan nama jaran kepang ini dapat dijumpai di daerah-daerah Jawa.
Mengenai asal-usul atau awal mula dari kesenian jathilan/kuda lumping ini, tidak ada catatan sejarah yang dapat menjelaskan dengan rinci, hanya cerita-cerita verbal yang berkembang dari satu generasi kegenerasi lain. Dalam hal ini, ada beberapa versi tentang asal-usul atau awal mula adanya kesenian jatilan ini, diantaranya adalah sebagai berikut. Konon, jathilan/kuda lumping ini yang menggunakan properti berupa kuda tiruan yang terbuat dari bambu ini merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Selain itu, ada versi lain yang menyebutkan, bahwa jathilan/kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Adapun versi lain menyebutkan bahwa tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, raja Mataram untuk mengadapi pasukan Belanda.
Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakanya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari drum, kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain. Setelah sekian lama, para penari kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti rancaknya suara gamelan yang dimainkan. Di samping para penari dan para pemain gamelan, dalam pagelaran jatilan pasti ada pawang roh yaitu orang yang bisa “mengendalikan”roh-roh halus yang merasuki para penari. Pawang dalam setiap pertunjukan jathilan/kuda lumping ini adalah orang yang paling penting karena berperan sebagai pengendali sekaligus pengatur lancarnya pertunjukan dan menjamin keselamatan para pemainnya. Tugas lain dari pawang adalah menyadarkan atau mengeluarkan roh halus yang merasuki penari jika dirasa sudah cukup lama atau roh yang merasukinya telah menjadi sulit untuk dikendalikan.
Selain melakukan gerakan-gerakan yang sangat dinamis mengikuti suara gamelan pengiring, para penari jathilan/kuda lumping itu juga melakukan atraksi-atraksi berbahaya yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat. Di antaranya adalah mereka dapat dengan mudah memakan benda-benda tajam seperti silet, pecahan kaca, menyayat lengan dengan golok bahkan lampu tanpa terluka atau merasakan sakit. Atraksi ini dipercaya merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaan Jawa, dan merupakan aspek nonmiliter yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda. Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional jatilan ini seringkali juga mengandung unsur ritual karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang atau dukun melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin pada yang menguasai tempat tersebut yang biasanya ditempat terbuka supaya tidak menggangu jalannya pagelaran dan demi keselamatan para penarinya.
Aksesoris yang dipakai para penari jathilan/kuda lumping antara lain gelang kaki, gelang tangan, dan topeng buto yang berwujud hewan-hewan seperti harimau, domba, dan singa. Gerakan yang sangat cepat dan lincah dari para penari membuat gelang kaki yang mereka pakai menimbulkan irama yang rancak. Setelah pertunjukan tarian buto selesai kemudian dilanjutkan tarian jathilan/kuda lumping. Jumlah penari jathilan/kuda lumping ada enam hingga sepuluh orang. Aksesoris yang digunakan antara lain gelang tangan, gelang kaki, ikat lengan, kalung (kace), mahkota (kupluk Panji), dan keris. Makna dari busana dan aksesoris yang digunakan adalah meniru tokoh Panji Asmarabangun, yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Dalam pertunjukan jatilan ini juga ada tiga pawang yang bertugas untuk mengatur, menjaga dan menjamin lancarnya pertunjukan, pawang-pawang ini juga bertugas untuk menyadarkan para penari yang kerasukan. Dalam pertunjukan jathilan/kuda lumping juga disediakan beberapa jenis sesaji antara lain pisang raja satu tangkep, jajanan pasar yang berupa makanan-makanan tradisional, tumpeng robyong yaitu tumpeng robyong yang dihias dengan kubis, dawet, beraneka macam kembang, dupa Cina dan menyan, ingkung klubuk (ayam hidup) yang digunakan sebagai sarana pemanggilan makhluk halus dan lain-lain.
sumber : elfirapurnawati.blogspot.com
Tag :
Read more

JATHILAN DILARANG TAMPIL MALAM HARI DI BERBAH SLEMAN

SLEMAN—Pemerintah Kecamatan Berbah, Sleman melarang kesenian Jatilan tampil di malam hari. Larangan tersebut ditetapkan menyusul sering terjadi tindakan anarkis dan tawuran antarpemuda saat pertunjukan.

Kesenian Jatilan (JIBI/Harian Jogja/dok)
Camat Berbah, Iriyansyah mengatakan, hasil rapat pimpinan menilai Jatilan bisa memicu tawuran, terutama di malam hari.

“Sudah kami sosialisasikan kepada warga semua bahwa tidak ada pentas Jatilan di malam hari. Tapi kalau di siang hari masih boleh,” katanya, Rabu (22/8).

Menurut Iriyansyah, di Kecamatan Berbah setidaknya sudah terjadi dua kali tawuran saat pentas Jatilan berlangsung. Bukan hanya warga Berbah, melainkan juga melibakan warga dari luar Berbah.
Kapolsek Berbah, Kompol Ano Sutiasno menambahkan, setelah ada kesepakatan antar pemerintah dan tokoh masyarakat kepolisian tidak akan mengizinkan pentas Jatilan di malam hari, namun masih bisa dilakukan siang hari hingga sore hari sekitar pukul 17.00 WIB.
 
sumber : http://www.solopos.com/2012/08/22/jatilan-dilarang-tampil-malam-hari-di-berbah-sleman-320956
Read more

KUDA LUMPING, KESENIAN MAGIS YANG DIHINA BIBIT WALUYO

kuda lumping. ©2012 Merdeka.com/dok
Kontroversi pernyataan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo belum berujung. Bibit menyebut kesenian tradisional kuda lumping atau jaran kepang adalah kesenian paling jelek se-dunia. Sikapnya yang keras kepala dengan ogah minta maaf kembali menyulut kemarahan para seniman.

Salah satu seniman asal Magelang, Sutanto mengatakan, meski tidak dipandang oleh seorang pemimpin sekelas gubernur, kuda lumping tetap punya nama. Tidak hanya bagi orang Indonesia, tetapi dunia.

"Kuda lumping adalah kesenian rakyat yang mempunyai aspek psikologis luar biasa. Sayangnya pejabat kita belum memahami," kata Sutanto atau biasa dipanggil dengan Tanto Mendut kepada merdeka.com, Jumat (14/9).

Tarian kuda lumping kerap menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Dari situlah membuat banyak orang tertarik.

Tidak hanya masyarakat jawa sendiri. Menurut Tanto, pertunjukan kuda lumping sering kali mendapat apresiasi dari luar negeri. "Akademisi dari Jepang, Korea dan Australia sangat mengagumi. Bahkan mereka mempelajari dari aspek psikologinya. Mengapa di dalam negeri sendiri malah tidak," ujar dia.

Kuda lumping adalah karya leluhur jawa dan sangat terkenal pada masyarakat jawa kuno. Banyak kesenian jawa seperti baduwi, rodat, dan siswo, namun kuda lumping yang paling banyak diminati.

"Tidak hanya pemimpin, masih banyak pula masyarakat yang tidak menghargai kesenian tradisional di Indonesia," kata dia.

Tolak minta maaf

Di tengah desakan agar Bibit minta maaf atas pernyataannya, justru ogah minta maaf. Menurut Bibit, apa yang diucapkannya tidak salah.

"Benar, di forum internasional tetapi (kuda lumping) tampil kurang bagus," kata Bibit saat acara halal bihalal Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat di Semarang kemarin.

Bibit mengatakan, dia tidak terima jika kesenian tradisional tampil kurang bagus dalam acara internasional karena akan mempengaruhi citra program "Visit Jateng 2013". "Gamelan diikat pakai plastik, memalukan," kata Bibit.

Padahal, jika kuda lumping ditampilkan lebih bagus, tentunya akan membanggakan. Atas pernyataannya itu, Bibit mengaku tidak khawatir mendapat kritikan dari masyarakat. "Silakan dihantam di media, saya anggap angin lalu," kata dia.

Dulu, kritikan serupa juga disampaikan terkait kemunculan mobil Esemka. Untuk menjadi pemimpin Jawa Tengah harus kuat mengingat berbagai kondisi dan tantangan yang dihadapi.

Pernyataan kontroversi Bibit diungkapkan saat memberikan sambutan dalam pembukaan The 14th Merapi and Borobudur Senior's Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup. Acara itu digelar di Borobudur International Golf and Country Club (BIGCC), Kota Magelang.

Sebelumnya, pegiat seni yang tergabung Komunitas Ebeg (jaran kepang) Banyumas, berunjuk rasa menuntut permintaan maaf Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo atas pernyataannya yang dinilai melecehkan kesenian kuda lumping.

Selain itu, puluhan seniman Jathilan atau Jaran Kepang "Kridho Turangga" Magelang juga menggelar aksi keprihatinan di depan gerbang Kantor Gubernur Jawa Tengah di Semarang.

sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/kuda-lumping-kesenian-magis-yang-dihina-bibit-waluyo.html
Read more

INILAH ALASAN BIBIT WALUYO SEBUT KUDA LUMPING JELEK

Ilustrasi tarian kuda lumping (Foto: Koran SI)
SEMARANG- Pernyataan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang menyebut kuda lumping saat acara di Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu 9 September lalu, menuai kritikan. Apa alasan Bibit Waluyo?

“Bukan saya tidak suka jaran kepang dan kemudian menjelek-jelekannya, tapi jika kita punya yang baik kenapa ditampilkan kurang bagus. Yang saya tanggapi itu grup yang ditampilkan panitianya," kata Bibit di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/9/2012).

Menurut Bibit, Jathilan atau jaran kepang yang saat itu ditampilkan oleh kelompok "Kartika Harapan" Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang, tidak dilakukan dengan bagus.

Bibit kembali menegaskan, bukan menunjuk kesenian Jaran Kepang secara keseluruhan, namun hanya grup yang tampil saat acara pembukaan turnamen Golf itu saja.

"Harusnya yang tampil yang pilihan, apalagi saat itu banyak tamu kehormatan serta tamu dari luar negeri. Ada yang lebih baik, kok yang jelek ditampilkan. Rasanya sedih toh, apa tidak punya yang lebih baik. Tinggal koordinasi saja, kalau tidak punya yang bagus, karena itu eventnya baik, mbok ya lapor biar ditampilkan kesenian yang bagus. Sehingga harga diri martabat kita bisa terangkat, apalagi itu juga digunakan untuk sosialisasi Visit Jateng 2013," terangnya.

Sementara itu saat ditemui terpisah, Kepala Biro Humas Provisni Jateng, Agus Utomo, menyampaikan kesenian tradisional di Jawa Tengah sangat bagus, terlebih lagi kalau ditata dan dikemas dengan baik.

"Terkait pernyataan gubernur tersebut, saya menegaskan bahwa yang dimaksudkan bukan untuk jenis kesenian tradisional jaran kepang. Itu merupakan kritik dan koreksi dari gubernur dalam acara tersebut agar menjadi catatan dan pelajaran bahwa sajian seni budaya. Apapun yang ditampikan perlu disesuaikan dengan event yang ada, tidak sekadar asal tampil," tutupnya.
(kem)
sumber        : http://jogja.okezone.com/read/2012/09/11/512/688390/ini-alasan-bibit-waluyo-sebut-kuda-lumping-jelek
oleh             : Nugroho Setyabudi - Okezone
Read more

KUDA LUMPING : WARISAN LELUHUR YANG HARUS DIPERTAHANKAN

Jathilan/Kuda Lumping  merupakan pertunjukan kesenian tari tradisional jawa yang menggambarkan pasukan / prajurit menuju medan perang dengan menunggang kuda. Jathilan/Kuda Lumping ini telah lahir dan berkembang dimasyarakat, khususnya di Jawa, sejak adanya kerajaan-kerajaan kuno . Tidak ada dokumen atau literature resmi apapun yang bisa menguak kapan pastinya asal-usul lahirnya Jathilan/Kuda Lumping ini.

Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar, bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural.Seni Pementasan tari yang menggunakan kuda terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan diiringi penyanyi ini, ternyata mampu membuat para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi para penarinya. Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.

Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya.

Pada permainan Jathilan/kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam.

Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang pimpinan supranatural yang disebit Pawang. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.

Kini, Jathilan/Kuda Lumping masih menjadi sebuah seni pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi. Hingga saat ini, kita tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang mencetuskan (menciptakan) kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda lumping dijumpai di banyak daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai ragam dan coraknya, dapat menjadi indikator bahwa seni budaya yang terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” sebagai sebuah seni budaya yang patut diperhatikan sebagai kesenian asli Indonesia.

Satu hal yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali kebudayaan yang sejak dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman modern ini. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Read more